Beberapa waktu lalu… kalau saya diberi sebuah pertanyaan, “Apakah hidup saya bahagia?”, Saya akan menjawab… “Ya, hidup saya bahagia”, Dan ketika saya ditanya alasannya, dengan mudah dan ringan saya akan menjawab, “Saya hidup bahagia karena saya kehidupan saya tenang, nyaman dan menyenangkan. Saya punya seseorang yang selalu memperhatikan saya, saya punya teman-teman setia yang selalu membuat saya tertawa, saya mempunyai bisnis yang cukup untuk membuat saya hidup enak dan nyaman, saya mempunyai kesempatan mengajar yang membuat saya bisa berbagi dengan teman-teman mahasiswa, saya mempunyai waktu yang fleksibel dan dapat saya atur sesuai keinginan saya, dan masih banyak hal lain yang membuat saya merasa bahagia”. Yaps… jawaban yang sangat mudah dikeluarkan pada saat itu.
Dan mungkin, beberapa orang mempunyai jawaban dengan persepsi sendiri tentang apa itu bahagia… beberapa mungkin akan menjawab:
Bahagia itu = kaya, bergelimang harta, mau beli apa aja bisa
Bahagia itu = tidak punya hutang, punya mobil, motor, sepeda
Bahagia itu = tidak punya masalah, gaji gede, istri 2, anak 6 B
ahagia itu = punya pacar cantik, manis dan perhatian
Dan mungkin banyak lagi definisi bahagia untuk masing-masing orang
Dan ketika kita sudah merasa bahagia, sering kali kita merasa terlena dengan semua itu. Kita merasa bahwa kereta kehidupan kita berada di rel yang benar… kita merasa kereta kehidupan kita berada di rel yang selayaknya…. Kita merasa kereta kehidupan kita sudah berada di rel yang tepat dan tidak ada yang perlu dirubah lagi
Terlihat simpel sepertinya memang, ketika kita sudah merasa semuanya baik-baik saja, ya sudah….kita senang, bahagialah kita
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagian dari diri kita yang manakah yang merasakan ke”bahagia”an tersebut?? Lubuk hati kita yang merasa bahagia…atau…hawa nafsu kita yang merasa bahagia??
Kita merasa bahagia ketika kita memiliki mobil mewah, pakaian kelas atas, parfum nomer wahid, dan kita merasa bahagia karena bisa membanggakan itu semua…. padahal… mungkin… ada hak-hak orang lain yang kita langgar dalam mendapatkan itu semua tadi… Apa dari diri kita yang merasa bahagia?
Kita merasa bahagia ketika kita punya pacar, yang selalu menemani kita, menggandeng tangan kita, melindungi kita, bermanja ria pada kita… padahal… Agama Islam sudah memberi batasan yang jelas akan hal ini… lalu…Apa dari diri kita yang merasa bahagia tadi?
Kita merasa bahagia ketika kita meraih apa yg kita inginkan, kita sukses dalam kehidupan. Dengan berbangga kita cerita kepada orang-orang bahwa kita bisa sukses karena kita berihtiar dan berdoa secara maksimal… padahal…belum tentu usaha dan doa itu yang membuat kita sukses, tetapi doa orang tua kita setiap saatlah yang membuat semua itu terwujud… lalu… Apa dari diri kita yang merasakan bahagia tadi?
Dalam kehidupan yang penuh dengan serba-serbi ini, sering kali kita terperdaya dengan perasaan bahagia yang kita rasakan. Tanpa pernah menyadari… apa yang merasakan kebahagiaan itu… lubuk hati kita yang suci…atau hawa nafsu kita? Saya yakin tiap orang akan punya jawaban masing-masing akan hal ini. Dan saya pun bukan orang suci yang tidak pernah merasakan , kebahagiaan yang ternyata, kebahagiaan semu seperti itu ternyata bersumber dari hawa nafsu… bukan lubuk hati kita. Kita melakukan sesuatu yang membuat kita merasa bahagia, tapi ternyata mungkin dengan cara yang kurang pas atau salah, sehingga Allah tidak bahagia melihat kita yang sedang merasa “bahagia”.
Lalu bagaimana kita mencari kebahagiaan yang seharusnya?? Yuups…ini lah yang beberapa waktu ini menjadi bahan pencarian saya dan seorang kawan. Ternyata kami mendapatkan cara yang sangat simpel untuk mendapatkan kebahagiaan itu… sangat simpel… dan bahkan dari SD atau mungkin TK pun kita sudah diajarkan caranya…
Salah satu cara simpelnya…Daripada kita berkonsentrasi memikirkan bagaimana cara membuat kita bahagia… alangkah lebih baiknya… kalau kita berkonsentrasi untuk membuat Allah bahagia melihat kita. Caranya?? Mudah…Laksanakan semua kewajiban kita terhadap-Nya, Tinggalkan semua larangan-Nya…sepenuh nya…tanpa kecuali…
Dan tentang masalah ini, tentu kita sudah banyak mendapatkan informasinya sejak kita mengenyam pendidikan dari bangku SD atau bahkan TK.
Itu saja kah?? Hmm.. sepertinya belum cukup… Kalau kita punya anak yang rajin, menurut pada perintah kita, dan anak tersebut di kelas mendapatkan peringkat 10 atau 5 besar misal, bahagiakah kita?? Alhamdullillah tentu bahagia… lalu… lebih bahagia mana ketika ternyata anak kita tidak hanya masuk 5 besar, tapi jadi rangking 1, plus bisa mencapai hafalan beberapa juz, plus juara 1 lomba bulu tangkis, catur, balap karung, makan krupuk atau yg lainnya, plus dan lain-lain. Tentu saja…kita lebih bahagia dengan pilihan yang kedua…
Begitu juga kita…kalau kita ingin membuat Dzat yang maha kuasa itu bahagia…sebaiknya kita juga memberikan prestasi ibadah lebih.. bukan hanya sekedar melaksanakan semua kewajiban kita terhadap-Nya, dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Hal yang coba saya pegang sebagai prinsip hidup saya sekarang adalah Untuk apa membuat diri kita bahagia, kalau Allah tidak bahagia melihat kita. Lebih baik berkonsentrasi membuat Allah bahagia, karena jika Allah bahagia melihat kita, Niscaya kebahagiaan (yang sebenarnya), yang lebih besar lagi yang akan diberikan-Nya untuk kita.
“Semoga bermanfaat, tulisan diatas bukan mutlak kebenarannya, karena kebenaran Mutlak cuma datang dari Allah. Tulisan diatas juga masih banyak kekurangan, karena saya juga masih seorang Sang Pembelajar“
wahyu85
19 September 2010 at 09:18
nasihat yg bagus tuh Wan, mudah2an bisa kita amalkan, soalnya susah susah gampang tuh, banyak godaan nya dan sering lupa nya, he3 😀
“makin lama makin berat dan makin susah dikomentari” ga salah kan dulu kubilang gitu? wkwkw…. keep the good work 🙂
km pindah wordpress ya? oke deh… -langsung edit blogroll di rumah-
hernawanation
19 September 2010 at 10:16
Semoga bermanfaat kaway 🙂
WordPress?? haha iya dong… Saya gitu lho :p
"ve"
19 September 2010 at 09:24
apa yang membuat kamu bahagia ? saya bisa membuat bahagia orang lain dengan cara yang diridhoi Allah.. 😀
hernawanation
19 September 2010 at 10:18
Hmmm…. nice answer… Keep spirit..
Kata kunci nya terletak pada “… dengan cara yang diridhoi Allah.. 😀 ”
Trimakasi jg…atas “under construction”- nya…
*untuk wordpress sayah 🙂
topan
2 October 2010 at 18:30
jd materi itu tidak selalu jd nilai ukur bahagia ya…
tapi mungkin sj materi bisa bikin kita bahagia…
winda lestari
23 April 2011 at 18:51
Winda Lestari, 30308078
Hernawan Adi
25 April 2011 at 07:05
Salah tempat komen mbak @.@